Bagi sebagian besar mahasiswa, terutama yang mengambil jurusan eksakta, Rumus Matematika adalah makanan sehari-hari. Mereka bergelut dengan angka, simbol, dan persamaan yang terkadang terasa lebih rumit dari teka-teki Sphinx.
Namun, ada kalanya, kerumitan Rumus Matematika ini bisa membuat seseorang mencapai titik frustrasi yang ekstrem, bahkan mendorong mereka melakukan hal-hal di luar nalar.
Inilah kisah kocak tentang Kevin, seorang mahasiswa teknik yang saking pusingnya dengan Rumus Matematika, mulai melakukan ritual-ritual aneh yang lebih mirip praktik perdukunan daripada metode belajar biasa. Bersiaplah terpingkal-pingkal dengan tingkah polahnya yang absurd!
Bab 1: Cinta Pertama yang Berujung Luka (dengan Rumus)
Kevin sebenarnya adalah seorang mahasiswa yang cukup cerdas. Di awal perkuliahan, ia sangat antusias dengan mata kuliah Kalkulus dan Fisika Dasar yang penuh dengan Rumus Matematika yang menantang. Ia bahkan sempat menganggap Rumus Matematika sebagai bahasa universal yang indah dan logis.

Namun, seiring berjalannya waktu, terutama ketika memasuki mata kuliah Teknik Elektro yang lebih mendalam, Kevin mulai merasakan “cinta pertamanya” dengan Rumus Matematika berangsur-angsur berubah menjadi hubungan yang penuh drama dan air mata (walaupun air mata dalam artian kiasan karena frustrasi).
Bayangkan saja, satu mata kuliah bisa memiliki puluhan bahkan ratusan Rumus Matematika yang terlihat seperti hieroglif Mesir kuno. Ada integral lipat tiga yang tampak seperti alien sedang menari, deret Fourier yang panjangnya minta ampun, dan transformasi Laplace yang misterius bagaikan portal dimensi lain.
Kevin sudah mencoba berbagai metode belajar konvensional. Ia membuat catatan rapi, mengerjakan soal-soal latihan tanpa kenal lelah, bahkan membentuk kelompok belajar dengan teman-temannya. Namun, tetap saja, beberapa Rumus Matematika terasa seperti memiliki nyawa sendiri, bersembunyi di balik kegelapan memori Kevin dan muncul hanya saat ujian untuk membuatnya panik.
“Kenapa sih Rumus Matematika ini susah banget diingat? Padahal, kalau dipikir-pikir, cuma simbol-simbol gitu doang,” keluh Kevin suatu malam sambil menatap buku kalkulusnya dengan tatapan kosong.
Bab 2: Bisikan Gaib dari Internet (dan Forum Konspirasi)
Di tengah keputusasaannya, Kevin mulai mencari solusi alternatif di internet. Awalnya, ia mencari tips dan trik belajar Rumus Matematika yang efektif. Namun, semakin dalam ia menjelajahi dunia maya, ia justru menemukan forum-forum aneh yang membahas teori-teori konspirasi tentang Rumus Matematika.
Ada yang bilang bahwa Rumus Matematika sebenarnya adalah mantra kuno yang disamarkan. Ada juga yang percaya bahwa Rumus Matematika diciptakan oleh alien untuk menguji kecerdasan manusia. Bahkan, ada satu forum yang cukup populer dengan teori bahwa setiap Rumus Matematika memiliki “spirit” atau “khodam” yang hanya bisa dipanggil dengan ritual tertentu.
Awalnya, Kevin tentu saja tertawa membaca teori-teori gila tersebut. Namun, dalam kondisi otaknya yang sudah kusut akibat dijejali berbagai macam Rumus Matematika, ide-ide aneh ini justru mulai tampak menarik sebagai pelarian.
“Ah, sudahlah! Mungkin memang ada benarnya juga. Buktinya, aku sudah belajar mati-matian tapi tetap saja Rumus Matematika ini susah masuk kepala. Siapa tahu kalau aku coba ritual aneh, malah jadi lebih mudah,” pikir Kevin dengan nada putus asa yang bercampur sedikit kegilaan.
Bab 3: Ritual Pertama: Memanggil Arwah Pythagoras dengan Lilin Aromaterapi
Ritual pertama yang dicoba Kevin terinspirasi dari salah satu postingan di forum konspirasi yang menyebutkan bahwa teorema Pythagoras memiliki “energi mistis” yang kuat. Ritualnya cukup sederhana: Kevin menyalakan beberapa lilin aromaterapi berbentuk segitiga, menaburkan sedikit bubuk kayu manis (konon katanya aroma kesukaan Pythagoras), dan melafalkan Rumus Matematika
a2+b2=c2a2+b2=c2
berulang-ulang sambil membayangkan sosok Pythagoras sedang tersenyum padanya.
Rumus Matematika
Setelah melakukan ritual selama setengah jam, Kevin merasa sedikit lebih tenang. Aroma lavender dari lilin aromaterapi memang cukup menenangkan. Namun, ketika ia mencoba mengerjakan soal-soal yang berkaitan dengan teorema Pythagoras, hasilnya tetap sama: ia masih sering melakukan kesalahan perhitungan.
“Mungkin arwah Pythagoras sedang sibuk atau tidak suka aroma lavender,” gumam Kevin kecewa.
Bab 4: Ritual Kedua: Menghipnotis Persamaan Kuadrat dengan Mantra Jawa Kuno
Tidak menyerah dengan kegagalan ritual pertamanya, Kevin mencoba ritual lain yang ia temukan di forum yang sama. Kali ini, ritualnya melibatkan persamaan kuadrat (
ax2+bx+c=0ax2+bx+c=0
) yang menurut salah satu postingan memiliki “energi negatif” yang perlu dinetralkan dengan “mantra Jawa kuno”.
Kevin, yang notabene bukan orang Jawa dan tidak mengerti bahasa Jawa, dengan susah payah mencari lafal mantra di internet. Ia menuliskan mantra tersebut di secarik kertas perkamen (yang sebenarnya adalah bungkus nasi bekas yang ia gunting) dan melafalkannya dengan intonasi yang dibuat-buat di depan buku catatannya yang berisi Rumus Matematika persamaan kuadrat. Tak lupa, ia juga menyajikan sesaji berupa sebungkus nasi kuning dan beberapa potong ayam goreng (siapa tahu “khodam” persamaan kuadrat lapar).
Ritual ini berlangsung cukup lama dan melelahkan. Kevin harus duduk bersila sambil terus melafalkan mantra yang sama sekali tidak ia mengerti. Aroma nasi kuning dan ayam goreng memang cukup menggoda perutnya, namun tidak terlalu membantu dalam memahami akar-akar persamaan kuadrat.
Keesokan harinya, saat kuis mata kuliah Aljabar Linear, Kevin tetap kesulitan menyelesaikan soal-soal yang melibatkan persamaan kuadrat. Bahkan, saking fokusnya ia melafalkan mantra di dalam hati, ia malah salah menuliskan Rumus Matematika diskriminan.
“Sepertinya ‘khodam’ persamaan kuadrat lebih suka sate daripada ayam goreng,” keluh Kevin lagi, kali ini dengan nada yang lebih pasrah.
Bab 5: Ritual Ketiga: Memandikan Deret Fourier dengan Air Bunga Tujuh Rupa
Puncak kegilaan Kevin dalam menghadapi Rumus Matematika terjadi ketika ia mencoba memahami deret Fourier. Baginya, Rumus Matematika yang panjang dan melibatkan integral tak hingga ini terasa seperti makhluk mistis yang hanya bisa ditaklukkan dengan ritual yang lebih “spesial”.
Terinspirasi dari cerita-cerita mistis tentang air bunga tujuh rupa yang memiliki kekuatan spiritual, Kevin memutuskan untuk “memandikan” buku catatannya yang berisi Rumus Matematika deret Fourier dengan air rendaman bunga mawar, melati, kenanga, dan empat jenis bunga lainnya yang ia beli di pasar kembang.
Ritualnya cukup rumit. Kevin harus menyiapkan baskom berisi air bunga, menyalakan dupa (dengan aroma sandalwood agar terasa lebih sakral), dan melantunkan Rumus Matematika deret Fourier sambil memercikkan air bunga ke bukunya menggunakan sebatang lidi yang dibalut kain putih.
Tentu saja, ritual ini tidak membuat Kevin tiba-tiba mengerti Rumus Matematika deret Fourier. Yang terjadi justru buku catatannya menjadi basah dan berbau bunga yang cukup menyengat. Selain itu, tinta di beberapa halaman juga menjadi luntur, membuat Rumus Matematika yang tadinya sudah sulit dipahami menjadi semakin tidak terbaca.
“Ini bukan ‘energi mistis’, tapi malah jadi ‘bencana mistis’!” gerutu Kevin sambil menjemur buku catatannya di bawah kipas angin.
Bab 6: Teguran dari Langit (dan Dosen Pembimbing)
Kabar tentang ritual-ritual aneh Kevin akhirnya sampai ke telinga teman-temannya. Awalnya, mereka hanya menganggapnya sebagai lelucon. Namun, ketika melihat Kevin semakin sering melakukan hal-hal aneh di kampus (seperti membakar kertas berisi Rumus Matematika yang gagal ia pahami di taman belakang fakultas), mereka mulai khawatir.
Salah satu teman dekat Kevin, Rina, akhirnya memberanikan diri untuk berbicara serius dengannya.
“Kevin, kamu kenapa sih belakangan ini aneh banget? Aku dengar kamu melakukan ritual-ritual segala macam demi Rumus Matematika. Ini sudah tidak lucu lagi,” tegur Rina dengan nada khawatir.
Kevin awalnya mengelak dan mengatakan bahwa ia hanya sedang mencari metode belajar yang “lebih spiritual”. Namun, Rina terus mendesaknya hingga akhirnya Kevin mengakui bahwa ia sudah sangat frustrasi dengan sulitnya memahami Rumus Matematika.
Tidak hanya dari teman-temannya, Kevin juga mendapat teguran dari dosen pembimbingnya. Pak Anton, dosen yang terkenal sabar namun tegas, memanggil Kevin ke ruangannya setelah mendengar cerita dari beberapa mahasiswa lain.
“Kevin, saya dengar kamu punya cara belajar yang… unik belakangan ini. Kamu percaya Rumus Matematika bisa dipahami dengan ritual-ritual aneh?” tanya Pak Anton dengan alis terangkat.
Kevin dengan malu-malu menjelaskan alasannya. Ia merasa sudah mencoba berbagai cara belajar biasa namun tetap kesulitan dengan Rumus Matematika yang rumit.
Pak Anton mendengarkan dengan seksama. Setelah Kevin selesai berbicara, Pak Anton tersenyum tipis.
“Kevin, Rumus Matematika memang membutuhkan pemahaman dan latihan yang konsisten. Tidak ada jalan pintas, apalagi dengan melakukan ritual-ritual yang tidak masuk akal. Rumus Matematika itu adalah hasil dari pemikiran logis dan deduksi yang sistematis. Kalau kamu kesulitan, coba dekati dari konsep dasarnya lagi, jangan langsung mencoba menghafal rumus yang rumit.”
Pak Anton kemudian memberikan beberapa tips belajar Rumus Matematika yang lebih efektif, seperti:
- Memahami Konsep Dasar: Sebelum menghafal rumus, pahami dulu konsep matematika yang mendasarinya.
- Latihan Soal Secara Bertahap: Mulai dari soal-soal yang mudah, lalu tingkatkan kesulitan secara bertahap.
- Mencari Referensi Tambahan: Jangan hanya bergantung pada buku kuliah, cari juga buku-buku referensi lain atau sumber belajar online.
- Diskusi dengan Teman: Belajar bersama teman bisa membantu kamu memahami materi dari sudut pandang yang berbeda.
- Bertanya kepada Dosen: Jangan malu untuk bertanya kepada dosen jika ada materi atau soal yang tidak kamu mengerti.
“Ingat, Kevin,” pesan Pak Anton, “Rumus Matematika itu bukan makhluk gaib yang perlu ditaklukkan dengan ritual. Ia adalah alat yang bisa kamu kuasai dengan logika dan kerja keras.”