Lautku Bersertifikat: Kisah Nelayan yang Bingung dengan Sertifikat Laut

Di sebuah desa pesisir bernama Kampung Ombak Tawa, hiduplah seorang nelayan bernama Pak Dul. Suatu hari, dia dikejutkan oleh kabar bahwa laut tempatnya mencari ikan selama puluhan tahun ternyata sudah bersertifikat! Sertifikat itu dimiliki oleh seorang pengusaha kaya bernama Pak Konglo, yang mengklaim bahwa laut itu adalah miliknya.


Adegan 1: Sertifikat dari Langit

Pak Dul sedang asyik memancing ketika tiba-tiba datang seorang pria berkemeja rapi membawa setumpuk dokumen.

Pria Berkemeja:
“Selamat pagi, Pak. Saya dari PT Laut Megah Sejahtera. Laut ini sudah bersertifikat atas nama Pak Konglo. Mulai hari ini, kalau mau memancing, harus bayar izin sebesar 100 ribu per jam.”

Pak Dul (bingung):
“Laut bersertifikat? Ini laut atau apartemen? Kalau ombaknya kencang, ada diskon nggak?”


Adegan 2: Perang Argumen di Pantai

Pak Dul tak terima. Dia mengumpulkan warga desa untuk memprotes.

Pak Dul:
“Laut ini warisan nenek moyang kami! Mana bisa dijual beli kayak tanah? Kalau laut bisa bersertifikat, berarti langit juga bisa dong? Nanti ada yang jual awan, kita harus bayar buat lihat matahari terbit!”

Pak Konglo (datang dengan helikopter):
“Tenang, Pak Dul. Sertifikat ini resmi dari pemerintah. Kalau nggak percaya, lihat ini!” (sambil menunjukkan dokumen tebal).

Pak Dul (sambil memeriksa dokumen):
“Ini tulisannya apa? ‘Laut Selatan, luas 1.000 hektar, batas utara: ombak besar, batas selatan: ikan-ikan yang kabur.’ Ini beneran sertifikat atau cerita fiksi?”


Adegan 3: Uji Coba “Laut Bersertifikat”

Pak Konglo nekat memasang papan besar di pinggir pantai:
“DILARANG MASUK TANPA IZIN. LAUT INI MILIK PT LAUT MEGAH SEJAHTERA.”

Tapi warga desa tak peduli. Mereka tetap melaut seperti biasa. Bahkan, seorang anak kecil nekat berenang sambil teriak:
“Kalau laut ini milikmu, suruh ombaknya berhenti dong!”

Pak Konglo marah dan memanggil satpam untuk “mengamankan” laut. Tapi satpamnya malah mabuk laut dan muntah-muntah di perahu.


Adegan 4: Laut Mogok

Keesokan harinya, terjadi keajaiban. Laut tiba-tiba tenang, ombaknya hilang, dan ikan-ikan menghilang. Warga panik.

Pak Dul (berteriak ke laut):
“Laut, kamu kenapa? Jangan marah dong! Kita kan cuma nelayan kecil, bukan konglomerat!”

Tiba-tiba, seekor ikan besar muncul dan berkata:
“Kami ikan-ikan mogok! Kalau laut dijadikan properti, kami mau pindah ke laut lain yang lebih ramah!”


Adegan Penutup: Laut Kembali Bebas

Pak Konglo akhirnya menyerah. Dia sadar bahwa laut bukanlah properti yang bisa dimiliki. Sertifikatnya pun dia robek dan buang ke laut.

Pak Konglo:
“Maaf, Pak Dul. Aku salah. Laut ini milik bersama, bukan milikku.”

Pak Dul (tersenyum):
“Sudahlah, Pak. Daripada minta maaf, mending kasih kami modal buat beli perahu baru. Laut ini sudah cukup memberi kami rezeki, nggak perlu sertifikat!”


Moral Cerita:
Laut itu seperti cinta: nggak bisa dimiliki, tapi bisa dinikmati bersama. Kalau dipaksa bersertifikat, dia bisa mogok dan bikin kita semua tenggelam dalam masalah!

#LautBukanProperti 🌊😂

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top