Di sebuah negara fiktif bernama Republik Bawang, hiduplah seorang presiden karismatik bernama Presiden Bawang XII. Setelah 10 tahun memerintah dengan kebijakan kontroversial (misal: wajib makan bawang 3 kali sehari demi ketahanan nasional), masa jabatannya hampir berakhir. Tapi, ada satu masalah: ia ingin anak semata wayangnya, Budi Bawang, meneruskan “dinasti” kepresidenannya.
Presiden Bawang (dengan suara heroik):
“Budi, ini saatnya kau gantikan Ayah! Lihat, rakyat sangat mencintaiku! Mereka bahkan rela menangis demi bawang!”
Sambil menunjuk foto dirinya di samping tumpukan bawang merah.

Budi (menghela napas):
“Ayah, aku mau jadi koki, bukan presiden! Aku lebih jago bikin onion ring daripada bikin kebijakan!”
Adegan 1: Kampanye Paksa ala Ayah
Presiden Bawang nekat memaksakan Budi jadi calon presiden. Ia membuat iklan kampanye berbunyi:
“Pilih Budi! Dia ahli waris gen bawangku!”
Tapi rakyat bingung:
Warga A: “Ini kampanye politik atau iklan restoran cepat saji?”
Warga B: “Kalau dia menang, apa kita harus makan onion ring tiap hari?”
Budi, yang malas berpolitik, justru membagikan resep bawang goreng krispi di tengah pidato:
“Percayalah, dengan tepung dan minyak panas, kita bisa menyatukan bangsa!”
Adegan 2: Debat Publik yang Kacau
Di debat calon presiden, Budi ditanya tentang strategi ekonomi. Jawabannya:
“Ekonomi? Gampang! Kita ekspor bawang ke luar negeri, lalu impor saus sambal. Niscaya GDP naik 100%!”
Penantangnya, Calon X, menjawab:
“Kalau saya menang, saya akan hapuskan pajak bawang!”
Publik bersorak, tapi lupa bahwa ini debat serius, bukan festival kuliner.
Adegan 3: Skandal “Bawang Busuk”
Tim lawan politik mengungkap “skandal” bahwa Budi pernah membuang kulit bawang ke sungai saat kecil. Media heboh:
Berita TV: “Calon presiden tak menghargai bawang! Apakah ini akhir dari Republik Bawang?”
Budi membela diri:
“Waktu itu aku masih SD! Lagian, sungainya sekarang jadi subur berkat kompos kulit bawangku!”
Presiden Bawang turun tangan:
“Budi hanya sedang melakukan riset pupuk organik sejak dini! Ini bukti kejeniusannya!”
Adegan 4: Budi Kabur dari Panggung Sejarah
Di hari pemilu, Budi malah membuka gerobak food truck bertuliskan: “BAWANG KRISPI BUDI – LEBIH ENAK DARIPADA PILIH PRESIDEN!”.
Rakyat yang lapar mengantre panjang, lupa memilih.
Warga C: “Demi bawang krispi ini, aku rela dia jadi presiden atau koki!”
Tapi Budi mengumumkan:
“Maaf, aku memilih jadi ahli bawang, bukan presiden. Tapi tenang, resepku akan jadi warisan untuk kalian!”
Epilog: Ayah yang Akhirnya Lega
Presiden Bawang awalnya kecewa, tapi lalu tersadar:
“Tak apa, Nak. Ayah juga sebenarnya sudah bosan makan bawang tiap hari. Ayo kita buka restoran bersama!”
Akhirnya, mereka membuka Kedai Bawang Bapak-Anak, sementara kursi presiden diisi oleh… kucing peliharaan istana, karena rakyat lebih percaya pada kucing yang tak pernah korupsi.
Moral Cerita:
Demokrasi itu seperti bawang: kalau dipaksakan, bisa bikin menangis. Tapi kalau diolah dengan baik, bisa jadi camilan yang dinikmati bersama!
#DemokrasiRasaBawang 🧅🗳️