Ketika Setiap Pertanyaan Wartawan Berakhir dengan Pertanyaan Balik “Kok Tanya Saya?”

Di sebuah desa kecil bernama Sukamundur, hiduplah seorang lurah yang terkenal dengan keahliannya yang luar biasa: menghindar dari pertanyaan. Namanya Pak Lurah Jumadi, tapi warga lebih suka memanggilnya “Pak Kok Tanya Saya?”. Julukan itu melekat karena setiap kali wartawan atau warga menanyakan sesuatu, beliau selalu balik bertanya dengan nada bingung, “Kok tanya saya?”

Suatu hari, seorang wartawan muda bernama Rina datang ke balai desa untuk mewawancarai Pak Lurah tentang rencana pembangunan jalan yang sudah dijanjikan sejak lima tahun lalu. Rina, yang penuh semangat, langsung menodongkan mikrofonnya ke arah Pak Lurah.

Rina: “Pak Lurah, kapan rencana pembangunan jalan itu akan dimulai? Warga sudah menunggu lama.”

Pak Lurah, yang sedang asyik memainkan pulpen di tangannya, menatap Rina dengan wajah polos.

Pak Lurah: “Kok tanya saya?”

Rina terkejut, tapi tak menyerah.

Rina: “Tapi, Pak, kan Bapak yang mencanangkan program ini. Warga butuh kejelasan.”

Pak Lurah tersenyum tipis, lalu menjawab lagi dengan nada yang sama.

Pak Lurah: “Kok tanya saya? Tanya saja ke dinas pekerjaan umum.”

Rina mulai frustasi.

Rina: “Tapi, Pak, dinas pekerjaan umum bilang ini wewenang Bapak sebagai lurah.”

Pak Lurah menghela napas panjang, lalu berkata dengan nada filosofis.

Pak Lurah: “Kok tanya saya? Saya kan cuma lurah kecil. Tanya saja ke bupati.”

Pertemuan itu berakhir dengan Rina pulang membawa rekaman yang isinya hanya pertanyaan balik Pak Lurah. Berita tentang keahlian Pak Lurah dalam menghindar pun menyebar cepat. Warga desa mulai membuat meme dan video lucu tentang beliau. Ada yang bilang Pak Lurah sebenarnya adalah master escape room, ada juga yang bercanda bahwa beliau adalah agen rahasia yang terlatih untuk menghilang saat ditanya.

Suatu malam, sekelompok warga mengadakan rapat darurat di balai desa. Mereka ingin mencari cara untuk membuat Pak Lurah menjawab pertanyaan. Salah satu warga, Mbah Kromo, mengusulkan ide gila.

Mbah Kromo: “Bagaimana kalau kita buat pertanyaan yang jawabannya harus ‘Kok tanya saya?’ Jadi, dia nggak bisa menghindar!”

Esok harinya, Rina kembali ke balai desa dengan pertanyaan baru.

Rina: “Pak Lurah, menurut Bapak, kenapa warga selalu bertanya ‘Kok tanya saya?’ setiap kali ditanya?”

Pak Lurah, yang sedang minum kopi, nyaris tersedak. Dia menatap Rina dengan mata berbinar, seolah baru saja menemukan musuh sepadan.

Pak Lurah: “Kok tanya saya?”

Rina tersenyum puas.

Rina: “Nah, itu dia, Pak. Jawabannya sudah jelas: karena Bapak selalu bilang ‘Kok tanya saya?’ setiap kali ditanya.”

Warga yang berkumpul di luar balai desa pun tepuk tangan riuh. Pak Lurah, untuk pertama kalinya, terdiam. Dia tersenyum kecut, lalu berkata.

Pak Lurah: “Ya sudah, besok kita mulai pembangunan jalannya. Tapi jangan tanya saya lagi, ya!”

Sejak hari itu, Pak Lurah Jumadi dikenal sebagai sosok yang akhirnya mau menjawab pertanyaan, meski tetap dengan gaya khasnya. Dan warga Sukamundur pun belajar satu hal: kadang, untuk mendapatkan jawaban, Anda hanya perlu bertanya dengan cara yang lebih kreatif daripada menghindarnya.

THE END


Catatan Penulis:
Cerita ini hanyalah satire ringan yang terinspirasi dari fenomena nyata. Semoga kita semua bisa belajar untuk lebih terbuka dan bertanggung jawab, terutama dalam melayani masyarakat. Jangan sampai kita menjadi seperti Pak Lurah yang selalu bertanya, “Kok tanya saya?” 😄

Jangan lupa share cerita ini jika Anda tertawa atau merasa terhibur! Ada cerita lucu lain tentang kehidupan desa? Tinggalkan komentar di bawah! 👇

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top